Minggu, 25 Juni 2023

Khutbah Idul Adha (Chat GPT)



Jama'ah Muslimin yang dirahmati Allah,

Hari ini, kita berkumpul di sini untuk menyambut kedatangan salah satu momen yang sangat berharga dalam kehidupan umat Islam, yaitu Idul Adha. Idul Adha merupakan hari raya yang dijadikan sebagai perayaan atas pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang diperintahkan oleh Allah untuk mengorbankan anaknya yang tercinta, Nabi Ismail AS. Karena kesetiaan dan ketaatan mereka kepada Allah, Allah menggantikan anak tersebut dengan seekor domba sebagai pengorbanan.

Kisah pengorbanan ini mengajarkan kepada kita nilai-nilai penting yang perlu kita renungkan dalam kehidupan kita. Pertama, pengorbanan adalah bagian penting dari keimanan kita kepada Allah. Nabi Ibrahim AS siap untuk mengorbankan anaknya yang tercinta hanya karena Allah memintanya. Ini menunjukkan kepasrahan dan kepatuhan yang tulus kepada kehendak-Nya. Dalam hidup kita, kita juga harus siap untuk mengorbankan hal-hal yang kita cintai, jika Allah memintanya untuk kebaikan kita dan ujian kita dalam menggapai kebahagiaan hakiki.

Kedua, pengorbanan ini juga mengajarkan kita tentang kepercayaan kita kepada Allah. Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS sama-sama memiliki keyakinan yang kuat bahwa Allah akan memberikan yang terbaik bagi mereka. Mereka berdua meyakini bahwa kehendak Allah adalah yang terbaik untuk mereka. Dalam hidup kita, kita harus senantiasa yakin bahwa segala yang terjadi adalah ketentuan Allah yang paling baik. Kita harus meyakini bahwa Allah akan menggantikan setiap pengorbanan kita dengan keberkahan dan kemuliaan yang lebih besar.

Ketiga, pengorbanan ini mengajarkan kita tentang makna kasih sayang dan kemanusiaan. Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS menunjukkan kepedulian dan kasih sayang mereka yang tulus satu sama lain. Meskipun Nabi Ibrahim AS sangat mencintai putranya, ia juga mencintai Allah lebih dari apapun. Ini adalah pengorbanan yang murni didasarkan pada kasih sayang yang tulus kepada Allah dan kesadaran akan tanggung jawab manusia terhadap sesama manusia.

Sejalan dengan semangat pengorbanan ini, kita juga disunahkan untuk menyembelih hewan kurban pada hari ini. Namun, yang perlu kita ingat adalah bahwa pengorbanan ini bukanlah semata-mata tentang darah dan daging hewan yang kita korbankan. Lebih jauh dari itu, pengorbanan ini adalah tentang kesadaran kita akan tanggung jawab kita sebagai hamba Allah untuk saling peduli dan berbagi dengan sesama, khususnya dengan mereka yang kurang beruntung. Oleh karena itu, sebagian daging kurban tersebut dianjurkan untuk dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan.

Saudaraku yang dirahmati Allah,

Di hari yang berbahagia ini, mari kita merenungkan kembali nilai-nilai yang terkandung dalam pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Mari kita perkuat iman dan kepercayaan kita kepada Allah, dan siap untuk mengorbankan apa pun yang kita cintai demi-Nya. Mari kita tingkatkan kasih sayang dan kemanusiaan kita, dengan berbagi dan peduli kepada sesama, terutama kepada yang kurang beruntung. Dan yang tidak kalah pentingnya, mari kita perkuat hubungan kita dengan Allah melalui ketaatan dan ibadah yang tulus.

Akhir kata, marilah kita syukuri rahmat Allah yang telah memberikan kita kesempatan untuk merayakan Idul Adha ini. Semoga pengorbanan kita dan amal ibadah kita diterima oleh Allah, dan semoga kita semua dapat mengambil pelajaran dan mengamalkan nilai-nilai dari kisah pengorbanan ini dalam kehidupan kita sehari-hari.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Guru yang melupakan muridnya

Sekelompok anak muda menghadiri resepsi pernikahan.

Salah Seorang Diantaranya Melihat Guru SDnya.

Murid itu menyalami gurunya dengan penuh penghormatan, seraya berkata:

"Masih ingat saya kan, pak guru?”

Gurunya menjawab, “wah maaf, tidak tuh."

Murid itu bertanya keheranan, "Masa sih, pak guru tidak ingat saya."

"Sayakan... murid yang dulu  mencuri jam tangan punya  salah seorang teman di kelas."

"Ketika anak yang kehilangan jam itu menangis, pak guru menyuruh kita untuk berdiri semua, karena akan dilakukan penggeledahan saku murid semuanya."

"Saat itu saya berfikir, bahwa saya akan dipermalukan dihadapan para murid dan para guru, dan akan menjadi tumpahan ejekan dan hinaan, mereka akan memberikan gelar kepada saya: "pencuri" dan harga diri saya pasti akan hancur, selama hidup saya."

"Bapak menyuruh kami berdiri menghadap tembok dan menutup mata kami semua."

"Bapak menggeledah kantong kami, dan ketika tiba giliran saya, Bapak ambil jam tangan itu dari kantong saya, dan Bapak lanjutkan penggeledahan sampai murid terakhir."

"Setelah selesai, Pak guru menyuruh kami membuka penutup mata, dan kembali ke tempat duduk masing-masing."

"Saya takut Bapak akan mempermalukan saya di depan murid murid lain yang semuanya  teman teman saya."

"Bapak tunjukkan jam tangan itu dan Bapak berikan kepada pemiliknya, tanpa menyebutkan siapa yang mencurinya."

"Selama saya belajar di sekolah itu, Bapak tidak pernah bicara sepatah kata pun tentang kasus jam tangan itu, dan tidak ada seorang pun guru maupun murid yang bicara tentang pencurian jam tangan itu."

"Bapak masih ingat saya kan  pak?"

"Bagaimana mungkin Bapak tidak mengingat saya??"

"Saya adalah murid Bapak, dan cerita itu adalah cerita pedih yang tak akan terlupakan selama hidup saya."

"Saya sangat mengagumi Bapak. Sejak peristiwa itu saya berubah menjadi orang yang baik dan benar hingga sekarang saya jadi orang sukses.

Saya  mencontoh semua akhlak dan sikap, juga perilaku Bapak."

Sang Guru itu pun menjawab,

"Sungguh aku tidak mengingatmu, karena pada saat menggeledah itu, aku sengaja menutup mataku, agar aku tidak mengenalmu."

"Karena aku tidak mau merasa kecewa atas perbuatan salah satu muridku, aku sangat mencintai semua murid-muridku..."

Sahabat...

Pendidikan memerlukan akhlak yang mengajari bagaimana menutup segala keburukan orang lain.

Seperti kisah di atas bagaimana akhlak guru terhadap muridnya dan juga murid terhadap gurunya.

Karena pada hakikatnya setiap kita adalah guru,

dan setiap kita adalah murid.

Tutuplah Aib saudaramu, tahanlah lisanmu, dan jangan menyebarkannya.

Aib yang nyata saja diperintahkan Allah untuk ditutup, apalagi Aib yang belum tentu benar/salahnya, atau masih simpang siur kabarnya.

Tutupi Aib saudaramu di dunia maka Allah SWT akan menutupi Aibmu di akhirat.

Memaafkan, memaklumi, dan berempati adalah sikap orang yang berjiwa besar.

Guru memiliki tugas mulia, yakni mendidik muridnya memiliki jiwa besar.

Semoga Bermanfaat,
Sehat Selalu Untuk Semuanya.
Aamiin.

Minggu, 18 Juni 2023

Harmoni Keluarga (ChatGPT)

Agar keluarga menjadi lebih harmonis, berikut adalah beberapa tips yang dapat Anda coba:
  1. Komunikasi yang baik: Penting untuk memiliki komunikasi yang terbuka dan jujur antara anggota keluarga. Dengarkan dengan penuh perhatian saat anggota keluarga berbicara dan berbicaralah dengan nada yang baik serta hormat.

  2. Waktu berkualitas bersama: Sediakan waktu khusus untuk berinteraksi dan menghabiskan waktu bersama sebagai keluarga. Ini bisa berupa makan malam bersama, piknik, atau kegiatan lain yang dinikmati bersama.

  3. Hormati perbedaan: Menghargai perbedaan pendapat, minat, dan kebutuhan setiap anggota keluarga penting untuk menjaga harmoni. Anjurkan diskusi yang sehat dan tetap terbuka terhadap sudut pandang yang berbeda.

  4. Berbagi tanggung jawab: Bagi tugas rumah tangga dan tanggung jawab keluarga secara adil. Ini akan membantu mencegah ketegangan dan membantu anggota keluarga merasa dihargai dan terlibat.

  5. Mengatasi konflik dengan bijak: Konflik tak terhindarkan dalam keluarga. Penting untuk belajar mengatasi konflik dengan cara yang konstruktif. Bicarakan masalah secara dewasa, hindari sikap defensif, dan cari solusi yang saling menguntungkan.

  6. Saling dukung dan merayakan keberhasilan: Dukungan dan perayaan keberhasilan anggota keluarga dapat memperkuat ikatan dan menciptakan lingkungan yang positif. Berikan dorongan, apresiasi, dan perhatian satu sama lain.

  7. Bersenang-senang bersama: Selain melibatkan diri dalam kegiatan sehari-hari, pastikan juga untuk meluangkan waktu bersenang-senang bersama. Misalnya, menonton film, bermain game, atau melakukan aktivitas rekreasi yang disukai oleh semua anggota keluarga.

  8. Batasi penggunaan teknologi: Terkadang penggunaan berlebihan teknologi seperti gadget dan media sosial dapat mengganggu interaksi dan komunikasi dalam keluarga. Atur batasan penggunaan dan ciptakan waktu tanpa teknologi untuk berkumpul bersama.

  9. Hormati privasi masing-masing: Meskipun penting untuk menjalin hubungan yang dekat, tetaplah menghormati privasi individu setiap anggota keluarga. Berikan ruang pribadi yang dibutuhkan dan jangan campuri urusan pribadi tanpa izin.

  10. Berlatih pengampunan: Tidak ada keluarga yang sempurna, dan kadang-kadang kesalahan terjadi. Berlatih untuk memberikan maaf dan memaafkan. Belajar dari kesalahan dan membangun ikatan yang lebih kuat melalui pengampunan.

Setiap keluarga unik, jadi penting untuk menyesuaikan tips ini dengan dinamika keluarga Anda sendiri. Ingatlah bahwa menjaga harmoni dalam keluarga adalah upaya yang kontinu dan membutuhkan komitmen dari setiap anggota keluarga.


Jumat, 14 April 2023

Kok jadi pinteran Mualaf ya...?

"Wah, ada bule saling mempengaruhi keyakinan antara dia dan suaminya yang muslim dan dari penuturannya terlihat dia seorang "smart woman" dan ternyata benar dia seorang akuntan."
Seperti biasa sambil menunggu waktu di perjalanan saya buka hape untuk mencari hiburan kebetulan aplikasi yang dibuka Facebook, macam-macam berita dan gambar serta video yang mampir di beranda kami dan hadirlah beberapa berita, gambar, dan video tentang testimoni mu'alaf.
Rata-rata mu'alaf itu menerangkan bahwa dia rata-rata hasil dari banyak pertanyaan yang muncul dari keyakinan dia sendiri dan mencari jawaban ke sana dan ke mari akhirnya jadilah mencari ke terjemahan Qur'an nya akhirnya terbukalah fikirannya.

Dari penuturan mereka, saya jadi berfikir, kenapa jadi seorang muslim yang sejak lahir bisa kalah ilmu Islamnya dibandingkan dengan yang mu'alaf, mungkin banyak pembaca sudah dapat mengira-ngira jawabannya seperti halnya saya 😁

Senang mendengar banyak orang berbondong-bondong masuk Islam saat-saat ini, seperti pada surat An-Nasr seperti di bawah ini:

110.An-Naṣr : 1

 إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ

Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan

110.An-Naṣr : 2

وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا

dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah,

110.An-Naṣr : 3

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا

maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima tobat.

Banyaknya manusia berbondong-bondong masuk Islam merupakan pertolongan Allah SWT, alhamdulillaah.... dan bagaimana kita menyikapinya yakni dengan bertasbih dan beristighfar (110:3) karena untuk mengimbangi mereka para mu'alaf yang dosanya nol lagi kita dianjurkan beristighfar...

Mereka mendapatkan hidayah lewat jalannya masing-masing, ada yang lewat akhlak seorang muslim atau sekelompok muslim, atau ada juga lewat bantuan para pembenci Islam yang membuat stigma bahwa muslim adalah sekelompok orang yang radikal, senang menghujat, dan lain sebagainya, mengapa, sehingga banyak yang penasaran untuk mempelajarinya sehingga mempelajarinya langsung lewat kita sucinya bulan atas dasar prasangka orang non-muslim, nah jalan inilah yang sering memicu non-muslim penasaran mempelajarinya sehingga banyak yang mendapatkan hidayah lewat jalan ini karena membaca terjemahan Al-Qur'anul Karim.

Seorang Islam yang tidak faham bahasa Arab yang sudah menjadi muslim dari lahir sangat kurang untuk membaca terjemah Al-Qur'an, mereka hanya mengaji saja, memang banyak yang mengatakan dengan mengaji saja sudah mendapatkan pahala dan dapat membuat yang mengaji tersebut lebih tenang hidupnya, tapi mengapa tidak mau membaca terjemahannya agar sekalian memahami langsung apa saja sebenarnya yang dimaksud oleh Allah SWT mengenai ayat ini dan itu sehingga kurang gizi fikirannya dengan pemahaman Al-Qur'an, memang akhir-akhir ini sangat banyak ceramah-ceramah di SosMed, TV, secara live lewat itu semua bahkan lewat ceramah Jum'at atau hari besar Islam lainnya.

Pemahaman yang didapat seorang lewat ceramah-ceramah atau SosMeda atau lainnya memang bisa terdistorsi karena pemahaman mereka, sedangkan apabila membaca langsung dengan menyandingkan terjemahnya atau sekalian tafsirnya, insya Allah lebih dapat maknanya kepada tiap-tiap pembacanya.
Inilah yang kurang didapat banyak dari seorang muslim yang dari lahir, setidaknya  nuansa atau istilah milenialnya, vibesnya, dari Al-Qur'an itu sendiri yang banyak didapat oleh para mu'alaf.

Memang sekali lagi keinginan membaca kita sangat kurang seperti dalam tautan ini perpustakaan sehingga dalam mengerjakan kewajiban ibadah sehari-hari pun belum dapat memahami secara utuh seperti saya sendiri 🤭.
Pemahaman ibadah untuk memahami bacaannya saat sujud, ruku', dan sebagainya dapat menambah kekhusyu'an saat menjalaninya sehingga kurangnya pemahaman tersebut pada setiap orang yang muslim sejak lahir menimbulkan kurangnya olah fikir atau tafakur dalam memahami ayat-ayat Allah di dalam Al-Qur'an dan alam semesta ini.
Kurangnya menafakuri tersebut sehingga mengurangi penghayatan sebagai seorang muslim.  

Penghayatan inilah yang membedakan antara mu'alaf dan muslim yang sejak lahir sehingga mereka atau para mu'alaf tersebut lebih aktif menggali ilmu tentang agama Islam lewat macam-macam jalan sehingga para Ustadz dan Kyai harus turun tangan menangani ini agar tidak masuk ke dalam pemahaman Islam yang salah.  
Memang itulah kekurangan untuk para mu'alaf yang mencari sendiri pemahaman Islam tanpa adanya guru yang benar sanadnya (jalurnya hingga Rasulullah) tapi setidaknya gairahnya dalam mencari ilmu mereka sangat besar untuk meng-upgrade diri mereka sendiri berbeda dengan muslim dari lahir yang sudah menerima apa adanya sehingga sangat rentan untuk pemurtadan. Na'udzu biLlahi min dzalik.